REFORMASI HUKUM

OLEH : HARIYADI EKO PRIATMONO
Ketua Umum HMI Komisariat Syariah Cabang Pontianak

Salah satu fungsi hukum adalah alat penyelesaian sengketa atau konflik, disamping fungsi yang lain sebagai alat pengendalian sosial dan alat rekayasa sosial . Pembicaraan tentang hukum barulah dimulai jika terjadi suatu konflik antara dua pihak yang kemudian diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Dalam hal ini munculnya hukum berkaitan dengan suatu bentuk penyelesaian konflik yang bersifat netral dan tidak memihak. Bila kita melihat kenyataan yang terjadi di negeri ini, ternyata masih banyak kasus-kasus hukum yang melibatkan orang tertentu yang masih belum mampu diselesaikan oleh aparat penegak hukum.

Melihat kasus penegakan hukum yang terjadi di negeri ini, seakan-akan memberikan gambaran kecil kepada kita bahwa penegakan hukum yang selama ini dilakoni oleh aparat penegak hukum hanya berlaku kepada rakyat kecil. Hukum hanya berlaku bagi rakyat kecil, tentu saja sangat ini merugikan. Sedangkan dikalangan atas hukum seakan-akan mampu diperjual belikan. Tentu saja kita berharap dimoment reformasi hukum yang saat ini terus bergulir.

Pada dasarnya pelaksanaan hukum di Indonesia sering dilihat dalam kacamata yang berbeda oleh masyarakat. Hukum sebagai dewa penolong bagi mereka yang diuntungkan, dan hukum sebagai hantu bagi mereka yang dirugikan. Hukum yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan atau bagi setiap pihak yang sedang mengalami konflik, seringkali bersifat diskriminatif, memihak kepada yang kuat dan berkuasa. Tentu saja ini dirasakan sangat merugikan kita yang secara status sebagai rakyat biasa. Salah satu kasus yang beberapa waktu lalu cukup hangat ditengah masyarakat adalah penyelewangan dana talangan sebesar Rp. 6,7 T untuk bank Century. Kasus ini sangat geger karena ini menyangkut uang negara.

Tentu dengan adanya tim pansus atau hak angket anggota dewan kita berharap bahwa pelaku penyelewengan dana talangan bank century dapat mempertangungjawabkan perbuatannya dihadapan hukum. Sebagai rakyat tentu kita berharap baik kepada aparat penegak hukum, pemerintah, maupun wakil rakyat mampu memberikan bukti dalam penyelesain kasus dana talangan bank Century, sehingga kasus itu tidak hilang begitu saja.

Sehingga hukum di negeri ini tidak hanya berlaku bagai rakyat jelata sedangakan yang berkuasa harus bahagia karena mampu memperjualbelikan hukum yang ada. Prioritas penegakan hukum Inkonsistensi penegakan hukum merupakan masalah penting yang harus segera ditangani. Namun apa yang sedang terjadi terhadap aparat penegak hukum kita saat ini. Bukankah dari hasil rapat paripurna tersebut terdapat rekomendasi anggota dewan yang menyatakan bahwa dari keputusan pemerintah untuk memberikan bantuan dana talangan kepada bank century itu ternyata bermasalah. Terlepas dari kepentingan politik setidaknya aparat penegak hukum harus tanggap terhadap apa yang menjadi rekomendasi anggota dewan. Namun apa yang terjadi kasus bank century seolah-olah hilang ditelan bumi. Tidak ada kejelasan terhadap penyelesaian kasus tersebut. Tentu saja ini membuat masyarakat bertanya-tanya, apakah yang sebenarnya terjadi dengan hukum dinegri ini.
Apakah ada diskriminasi dari penguasa ataukah memang tidak ada niat untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Masalah hukum ini paling dirasakan oleh masyarakat dan membawa dampak yang sangat buruk bagi kehidupan bermasyarakat. Persepsi masyarakat yang buruk mengenai penegakan hukum, menggiring masyarakat pada pola kehidupan sosial yang tidak mempercayai hukum sebagai sarana penyelesaian konflik, dan cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka di luar jalur. Cara ini membawa akibat buruk bagi masyarakat itu sendiri. Pemanfaatan inkonsistensi penegakan hukum oleh sekelompok orang demi kepentingannya sendiri, selalu berakibat merugikan pihak yang tidak mempunyai kemampuan yang setara. Akibatnya rasa ketidakadilan dan ketidakpuasan tumbuh subur di masyarakat Indonesia. Penegakan hukum yang konsisten harus terus diupayakan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum yang sangat dirindukan segenap rakyat Indonesia.

Ditengah buruknya penegakan hukum, bangsa ini dikejutkan dengan kesaksian mantan Kabakreskrim Susno Duaji. Yang menyatakan bahwa terdapat mekelar kasus yang bersemayam diinstansi pemrintah. Tentu saja ini perlu sebuah pembuktian, apakah memang benar terdapat makelar atau hanya sebagai pengalihan isu saja. Sehingga kasus-kasus besar seperti century akan terlupakan. Namun tentu saja sebagian orang mengatakan bahwa Susno Duaji adalah seorang pahlawan, dimana ditengah carut marut penegakan hukum ia datang untuk mengatakan mana yang hak dan nama yang bathil. Jadikan moment reformasi hukum ini sebagai langkah awal bagi pemerintah dan aparat penegak hukum baik POLRI, Kejaksaan, maupun KPK untuk memperbaiki hukum yang selama ini dirasakan belum adil. Sehingga dari niat baik itu, setidaknya dapat kembali menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum. Sehingga tidak ada lagi kasus-kasus yang mengganntung dan tanpa ada kejelasan penyelesaian hukumnya. Tentu saja ketika hukum sudah benar-benar ditegakan, maka secara tidak langsung masyarakat akan kembali percayaan terhadapat penegakan hukum dinegeri ini.

GURU SANG PENUMBUH BANGSA

OLEH : HARIYADI EKO PRIATMONO
Mahasiswa STAIN Pontianak Jurusan Syariah
Meminjam bahasa yang digunakan oleh seorang motivator di dalam acara salah satu telivisi swasta, di mana ia mengatakan bahwa guru adalah sang penumbuh bangsa. Berkali-kali ia mengulang kalimatnya dan tentu saja bahasa yang digunakannya sangat memberikan motivasi bagi guru yang hadir diacara tersebut.
Dalam sebuah artikel tentang guru, dikatakan bahwa guru adalah profesi, guru professional adalah guru yang memiliki dedikasi tinggi dalam pendidikan, tanpa dedikasi tinggi maka proses belajar mengajar akan kacau. Dalam hadits nabi dikatakan yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang paling besar memberikan mamfaat bagi orang lain. Bila membaca hadits nabi tersebut rasanya bahwa yang paling besar memberikan mamfaat bagi orang lain adalah guru. Seorang guru yang memberikan pengajaran dari yang tidak tahu hingga menjadi tahu.
Menurut Zhakiah Drajat (1992), pada dasarnya tidak sembarangan orang dapat menjadi guru atau dapat melakukan tugas guru, tetapi hanya orang-orang yang memenuhi persyaratan saja, di mana persyaratan itu adalah bertaqwa, berilmu, sehat jasmani, dan berkelakuan baik. Ketika seseorang telah terpenuhi kriterianya sebagai seoarang guru maka ia dapat dikatakan sebagai guru.
Adapun menurut Daoed Yoesoef (1980) bahwa guru mempunyai tiga tugas pokok diantaranya adalah tugas professional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan. Adapun yang dimaksud dengan tugas profesional dari seorang guru adalah meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang sejenis yang belum diketahui anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama dan manusia kelak sebaik-baiknya. Tugas-tugas manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian tentang diri sendiri. Usaha membantu kearah ini seharusnya diberikan dalam rangka pengertian bahwa manusia hidup dalam satu organik dalam keseluruhan integralitasnya. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu menbantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir atau penalaran sedemikian rupa sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan ke arah keadaban demi memperbaiki hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat dimanapun ia hidup.
Sedangkan tugas kemasyarkatan merupakan kosenkuensi guru sebagai warga negara yang baik turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara melalui UUD 1945 dan GBHN. Ketiga unsur itu dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja akan tetapi guru harus mampu menjadi motivator pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Ketiga tugas ini bila dipandang dan dipahami maka guru harus memberikan nilai-nilai yang berbasis pengetahuan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Pengetahuan yang guru berikan kepada anak didik harus mampu membuat anak didik berkomunikasi dengan sesamanya di dalam masyarakat, oleh karena anak didik ini tidak akan hidup mengasingkan diri. Jadi nilai yang diteruskan oleh guru atau tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan tugasnya, tugas profesional, tugas manusiawi, dan tugas kemasyarakatan, apabila diutarakan sekaligus merupakan pengetahuan, pilihan hidup dan praktek komunikasi.
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan pembinaan yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak, agar anak didik itu menjadi patuh terhadap aturan, baik aturan agama, negara, maupun aturan rumah tangga. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh sehingga anak didik dapat belajar dari apa yang dilihatnya dari seorang guru. Bila baik prilaku seorang guru maka tentu akan menjadi contoh bagi anak didiknnya.
Bila kita melihat bahwa begitu beratnya tugas seorang guru, maka wajar dan pantaslah bahwa guru dikatakan sebagai penumbuh bangsa. Karena guru memiliki tanggung jawab yang begitu besar kepada generasi-genaris muda. Guru juga turut menentukan letak moral anak didiknya. Di mana dari seorang gurulah akan tercipta generasi-geneari yang memiliki prilaku yang baik, pintar, cerdas serta berahklak mulia.
Salah satu cerita yang dapat dijadikan contoh pengabdian guru adalah di film laskar pelangi, di mana kita dapat melihat begitu besar pengabdian seorang guru terhadap muridnya. Walaupun dengan fasilitas yang tidak memadai, jumlah murid yang sedikit, atap dan dinding sekolah bolong, namun tidak menjadi penghambat bagi seorang guru untuk memberikan pendidikan kapada muridnya. Karena pada dasarnya bahwa pendidikan itu bukan memandang fasilitas tapi bagaimana nilai-nilai kebaikan itu dapat di transformasikan kepada anak didik sehingga menjadi bekal dalam kehidupan.
“ Guru ibarat pahlawan tanpa tanda jasa”, karena tidak ada yang mampu membalas apa yang telah ia berikan kepada muridnya.. Bahkan bila dibandingkan dengan upah atau gaji yang ia dapat selama per bulan, tentu saja tidak seberapa apabila dibandingkan dengan pengabdiannya. Maka perlu bagi anak didik untuk selalu menghargai, menghormati, dan menyayangi gurunya. Sehingga apa yang guru harapkan kelak akan menjadi kenyataan. Bukan hanya mendidik anak itu menjadi pintar atau cerdas melainkan yang paling utama adalah bahwa anak didiknya memiliki ahklak dan moral perkerti yang baik.

Penulis; Ketua umum HMI komisariat Syariah Cab. Pontianak

DUKA DI PENGHUJUNG TAHUN

Oleh : Hariyadi Eko Priatmono
Sejarah memang tidak boleh dilupakan, karena sejarah adalah pelajaran yang paling berharga. Sejarah bencana alam yang terjadi di negeri tercinta ini pun tidak boleh dilupakan, karena Ia adalah bagian dari pelajaran kehidupan manusia untuk menjaga, melindungi, dan menghargai alam.
Enam tahun silam tepatnya pada 2004 akhir, bangsa kita dikejutkan dengan tragedi Tsunami yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh. Ombak besar menghantam dan mengahncurkan apa saja yang ada dihadapannya, tidak terkecuali manusia. Tragedi itu meninggalkan luka yang dalam, banyak nyawa yang hilang, anak-anak menjadi yatim dan piatu. Ibu rumah tangga menjadi janda, kepala rumah tangga menjadi duda. Belum lugi kerusakan infrastruktur yang diakibatkan hantaman obak besar tersebut.
Kini di penghujung tahun 2010, bangsa tercinta ini kembali dilanda bencana alam yang begitu dahsyatnya. Kalimantan Barat Kapuas Hulu tepatnya dilanda Banjir besar, Jakarta di landa banjir serta diisukan akan tenggelam, banjir Bandang di Wasior Jaya Pura, Tsunami di Mentawai, dan yang sampai hari ini masih dirasakan saudara-saudara kita adalah tragedi gunung meletus di Klaten Jogyakarta.
Musibah atau bencana alam yang terjadi dan melanda bangsa ini, setidaknya harus memberikan pelajaran dan memiliki hikmah yang dalam betapa pentingnya arti kehidupan. Sedikit mencoba melihat kondisi alam yang semakin hari semakin memanas, dan memamasnya alam bukan tanpa sebab.
Lihat saja untuk banjir yang terus melanda bangsa ini, banjir yang melanda bangsa ini tentunya memiliki sebab. Alam yang pada hakikatnya sebagai fungsi penyeimbang kehidupan manusia, kini sedikit-demi sedikit telah mulai berubah fungsi. Hutan yang pada dasarnya sebagai penampungan air, kini telah berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Sebelumnya penulis memohon maaf, kalau bahasa yang digunakan menyinggung, dan penulis tidak bermaksud untuk menyalahkan karena ini bukan lagi saatnya untuk saling menyalahkan serta mencari siapa yang benar.
Namun harapan penulis, saat ini kita sebagai penjaga dan pelindung alam ini, harus mulai sadar, bahwa betapa pentingnya kita sebagai manusia untuk menjaga kesetabilan alam. Perubahan fungsi hutan serta penebangan pohon yang dilakukan tanpa berfikir panjang akan apa yang terjadi dimasa yang datang, mungkin saja ini menjadi salah satu penyebab dari bencana alam yang terjadi. Dan kesemua itu mungkin saja karena kerakusan manusia.
Penulis ingin kembali mencoba mengingatkan, saat ini, hari ini, detik ini. saatnya kita sebagai satu kesatuan yang terlahir di tanah ibu Pertiwi, ketika saudara-saudara kita sedang dilanda bencana, ketika saudara-saudara kita dilanda duka, dan ketika saudara-saudara kita meneteskan air mata. Maka kini saatnya kita untuk meringankan beban mereka. Tentunya banyak cara yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban saudara-saudara kita..
Dalam bebera minggu, penulis melihat betapa semangatnya para relawan-relawan yang ada di seluruh pelosok bangsa ini. Bersemangat melakukan aksi penggalangan dana, baik yang dijalan-jalan, disekolah-sekolah bahkan ada yang melakukan penggalangan dana dengan mengadakan acara pentas amal. Kesemua itu pada dasarnya dilandaskan atas rasa memiliki, merasakan, dan rasa duka yang mendalam, atas nasib-nasib saudara-saudaranya yang tertimpa musibah.
Namun ada yang menarik ketika penulis mendengarkan berita bencana yang melanda bangsa ini. disalah satu media elektronik memberitakan, bahwa ketika bencana alam melanda saudara-saudara kita, ternyata masih ada sebagian pejabat yang tidak memiliki hati nurani. Ketika semua mata tertuju pada mereka yang dilanda bencana, masih ada pejabat yang malah asik melakukan perjalanan keluar kota. Pertanyaanya adalah apakah pejabat itu masih memiliki hati nurani ataukah mereka sudah membutakan mata dan menulikan telinganya, sehingga ketika sebagian rakyat bangsa ini berduka mereka malah asik berpesta.
Ketika sekian banyak bencana yang melanda bangsa ini, dan meninggalkan begitu banyak kerugian, baik nyawa maupun harta. Apakah para wakil rakyat yang dulunya memiliki rencana untuk membangun gedung dewan dengan anggaran yang mencapai 1,6 Triliun masih akan tetap direalisasikan. Lalu apakah ketika bencana dahsyat melanda bangsa ini, masihkah terlintas rencana-rencana para wakil rakyat yang akan melakukan studi banding ke luar negeri.
Seperti yang penulis katakan diatas, kini saatnya semua anak bangsa baik masyarakat biasa hinga masyarakat kelas atas, harus peka terhadap kehidupan sosial. Melepaskan kepentingan-kepentingan yang hanya menguntungkan kepantingan pribadi. Melepaskan semua kepentingan yang hanya menguntungkan sebagian orang, dengan satu tujuan memberikan perhatian lebih dan berharap dapat meringankan dan memulihkan kembali kondisi masyarakat dari ganasnya alam.
Walaupun kondisi itu tidak akan pernah kembali seperti sedia kala. Banyak hal yang dapat di lakukan untuk saudara-saudara kita. Mereka tidak hanya membutuh makanan, mereka tidak hanya membutuh uang, mereka tidak hanya membutuh pakaian. Kini mereka membutuhkan uluran tangan saudara-saudaranya. Mereka membutukan motivasi dan semangat sehingga setidaknya mereka sedikit demi sedikit akan melupakan musibah yang menimpanya. Dan tentunya mengembalikan kecerian anak-anak yang menjadi korban dari gunung meleteus tersebut. Duka mereka adalah duka kita bersama, dan tawa mereka adalah tawa kita bersama.
Semangatlah saudara-saudara ku, Tuhan tidak akan menguji umatnya diluar batas kemampuanya. Dan kini saatnya, kita harus mulai menghargai, menjaga dan melindungi alam. Karena betapa pentingnya alam sebagai penyeimbang kehidupan manusia. Dan mulai berfikir untuk melakukan perubahan atas nama rakyatnya.
Penulis; Ketua Umum Himpunan Mahasisawa Islam (HMI) Komisariat Syariah Cabang Pontianak.

DEGADRASI KINERJA WAKIL RAKYAT

Oleh : Hariyadi Eko Priatmono

Politikus, pemerintah, maupun mahasiswa dalam beberapa hari belakangan begitu hangat dibicarakan diberbagai media, baik elektronik maupun cetak mengenai kiprah serta tanggungjawabnya terhadap negara. Sedikitnya dua hal yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan mengenai peran, yakni terkait konflik Indonesia-Malaysia, dan rencana perehapan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia yang menelan anggaran mencapai 1,6 triliun rupiah.

Semua kalangan tertuju pada pembicaraan tersebut. Dalam hal konflik Indonesia-Malaysia misalnya, Presiden RI, Susilo Bambang Yudiyono telah mengeluarkan pernyataan kenegaraan bahwa indonesia akan melakukan jalur diplomasi dalam penyelesaian masalah tersebut. Tentu saja jalur diplomasi yang dipilih diharapkan dapat menyelesaikan konflik negera serumpun tersebut. Hingga pada akhirnya konflik yang sering terjadi tidak terulang kembali.

Persoalan lain yang juga menuai pro dan kontra adalah rencana renovasi gedung DPR RI yang menelan anggaran sekitar 1,6 triliun rupiah. Tentu saja hal ini membuat komentar miring tentang wakil rakyat yang kinerjanya dinilai masih sangat jauh dari maksimal tetapi terus menginginkan kemewahan fasilitas. Meski demikian, tulisan ini akan lebih banyak membahas persoalan bagaimana peran wakil rakyat yang belum maksimal tersebut. Hemat penulis, pembahasan penting adalah flash back pada hakikat keberadaan kelembagaan tersebut.

James D. Money (1938), menjelaskan dalam bukunya bahwa organisasi merupakan bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan Ralp Currier Davis (1951), lebih senang mendefinisikannya sebagai suatu kelompok dan orang-orang yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan.

Di Indonesia, DPR merupakan lembaga legislatif. UUD 1945 mengatur dalam pasal 20 (1) menyebutkan bahwa DPR memegang kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Di pasal lain disebutkan tentang fungsi, wewenang dan hak DPR yang memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Karena itu, wakil rakyat sebagai perpanjangan tanggan rakyat, semestinya memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya serta mengabaikan kepentingan pribadi maupun kepentingan partai politik, hingga harapan masyarakat yang terletak ditangan meraka dapat segera tereaslisasikan.

Harapan terbesar kepada mereka adalah kesejahtraan masyarakat, baik ekonomi, pendidikan, pembanguna, dan sebagainya. Namun, sejak dibentuknya DPR pada 8 Maret 1965 hingga sekarang persentase yang berhasil mengalami perubahan masih sedikit. Dari data Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) untuk tahun 2009, diketahui angka pengangguran naik menjadi 9 % dari angka pengangguran tahun 2008 sebesar 8,5 %. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran pada Februari 2008 telah tercatat sebesar 9,34 juta orang. Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2008 mencapai 111, 48 juta orang. Dan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2008 sebanyak 102, 05 juta orang.

Ini merupakan sebagian kecil potret persoalan yang dihadapi pemerintah, karena masih banyak lagi persoalan yang tentunya menjadi pekerjaan rumah pemerintah baik eksekutif maupun legislatif seperti, pendidikan dan kesehatan. Rasanya, tidak berlebihan jika kita mencoba memberikan kritik dan saran kepada mereka. Ada kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang seharusnya tidak mesti terjadi.

Rencana merenovasi gedung tersebut yang dulunya ruang dewan memiliki luas 64 m², meliputi 1 anggota dewan, 2 staf ahli, dan 1 staf asisten pribadi akan berubah dengan penambahan fasilitas berupa ruang rapat kecil, kamar istirahat, kamar mandi/WC, dan ruang tamu.

Kebutuhan baru tersebut, perhitungannya untuk ruang masing-masing anggota dewan menjadi 7 orang, meliputi 1 anggota dewan, 1 staf ahli, dan 1 asisten pribadi selus ± 120 m². Dan perhitungan luas total bangunan berubah dari 120.000 m² menjadi sekitar 161.000 m². Rasanya renacana renovasi gedung itu terlalu berlebihan. Dikarenakan masih banyak persoalan bangsa yang membutuhkan anggaran lebih besar terutama dalam membangun kualitas dari pada sekedar pembenahan fisik gedung parlemen yang megah tetapi sedikit manfaat.

Bila saja rencana renovasi gedung DPR yang menelan dana benar-benar terealisasikan, tentunya masyarakat akan lebih banyak berharap bahwa kinerja DPR dapat lebih baik. Namun pada kenyataanya, dengan fasilitas yang dimiliki seperti gaji 40 juta rupiah/bulan, kendaraan dinas, serta faslitas lain yang didapat, tidak berpengaruh terahadap kinerja mereka. Hal ini lah yang pada dasarnya membuat masyarakat menilai bahwa DPR saat ini lebih mementingkan kepentingan mereka ketimbang kepentingan rakyat.

Kepentingan rakyat tidaklah lain meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya. Untuk pendidikan misalnya sudah diterangkan dalam UU No. 20/ 2003 , tentang sistem pendidikan nasional dimana, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan dana 1,6 triliun rupiah yang direncanakan untuk merenovasi gedung DPR, bila dialokasikan untuk pendidikan. Penulis meyakini bahwa persolaan pendidikan yang masih belum dirasakan sebagian masyarakat akan segera teratasi. Untuk itu sebagai warga negara yang baik, tentunya kita berharap wakil rakyat harus lebih peka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa. Sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat dapat menjadi kenyataan. Amin



Penulis: Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab. Pontianak

SERUMPUN TAPI TAK SEHATI

OLEH: HARIYADI EKO PRIATMONO
KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) CAB. PONTIANAK

Damai adalah kata yang merupakan harapan dan impian semua orang. Bukan hanya kata akan tetapi Nuansa damai yang mewarnai kehidupan tentu saja sangat dibutuhkan demi mewujudkan kehidupan yang lebih baik. oleh karena itu banyak orang yang selalu berusaha dan berupaya untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Bila saja kita merenungkan dan memahami makna yang terkandung didalam kata damai sudah tentu makna yang akan didapat adalah kehidupan yang tentram tanpa ada keributan, tanpa ketegangan dan perselisahan. Semua itu tidak musthil terjadi apabila semua orang saling mengerti, menghargai dan dapat menerima perbedaan.
Namun kata damai akan menjadi “hancur” bila saja sebagian orang hanya bisa mempertahankan egoisme demi kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga kata damai yang begitu indah dapat berubah menjadi buruk dikarenakan prilaku yang tidak baik. Berapa bulan yang lalu kita di kejutkan dengan tragedi kapal mavia yang membawa relawan-relawan kemanusian. Ditengah perjalanan para relawan yang membawa bantuan untuk warga Gaza di Palestina dihadang oleh militer Israel, yang berusaha memukul mundur para relawan kemanusia tersebut.
Perang yang terus berkecamuk di negara tersebut merupakan pelajaran yang paling berharga bagi kita warga negara indonesia khususnya. Dimana perang yang terjadi sudah begitu banyak memakan korban jiwa baik dikalangan militer maupun dikalangan masyarakat sipil. Apakah perang yang selama ini dilakukan atas nama “perdamaian” ataukah atas nama kekuasaan. Lihat saja berapa banyak nyawa-nyawa yang tidak berdoasa harus hilang, berapa banyak uang yang harus keluar untuk pembiayaan perang, berapa banyak perempuan menjadi janda, dan anak-anak menjadi yatim piatu akibat perang yang terjadi dinegara mereka. Mengutip kata-kata bijak Eleanor Roosevelt ibu negara AS (1933-1945) ia mangatakan “ Saya tidak yakin perang adalah solusi terbaik. Tak seorangpun menang dalam perang terakhir dan dan tak seorang pun menang dalam perang selanjutnya”.
Apakah perang atas nama “Perdaiaman”segolongan orang atau kelompok harus mengorbankan begitu banyak nyawa. Tentu saja tidak dan perang harus segera dihentikan, karena sudah memakan begitu banyak korban jiwa. Bukankah kehidupan ini akan lebih indah bila saja semua umat manusia yang ada dimuka bumi ini saling bergandengan tangan. Rasanya hanya angan-angan dan mimpi belaka, namun bila saja angan-angan dan mimpi ini terus diperjuangkan maka bisa saja perdamaian bukan hanya mimpi dan angan-angan melainkan akan menjadi kenyataan.
Sungguh tragis dimana senjata tangan kosong para relawan harus berhadapan dengan senjata api. Terlepas dari persoalan konflik yang terjadi antara pihak Israel dan Palestina, yang harus ditanamkan dibenak kita hari ini dan untuk seterusnya adalah bagaimana kita mampu menanamkan rasa perdamaian kepada anak cucu kita sehingga mereka dapat menjalankan kehidupan yang harmonis tanpa ada perselisihan yang harus memakan korban jiwa.
Nampaknya hawa panas yang melanda dua negra di dunia yaitu Israel dan Palestina telah menyebrang ke Asia. Dua negara tetangga yaitu Indonesia dan Malaysia baru-baru ini dilanda keteganggan. Ketegangan kedua negara mulai terjadi diawali dengan penangkapan warga negara indonesia yang diklaim pemerintah malaysia masuk perbatasan laut mereka. Sehingga ketiga warga Indonesia yang bertugas harus menjadi tahanan negara tetangga. Namun ketiga warga negera Indonesia akhirnya dapat dibebaskan dengan sistem tugar guling alias dengan pelepasan nelayan Malaysia yang ditahan pemerintah Indonesia.
Dampak dari penangkapan warga indonesia tersebut sungguh jelas terasa, sebagian masyarakat merasa bahwa Indonesia begitu lemah sehingga mudah dilecehkan negara tetangga. Apabila kita kembali mengulang sejarah konflik yang terjadi, ini bukan kali pertamanya ketegangan kedua negara tetangga yang konon katanya serumpun terjadi, pengakuan budaya, tradisi, makanan Indonesia yang diklaim Malaysia sebagai milik mereka pernah terjadi dan semua itu membuat kondisi kedua negara serumpun ini seringkali memanas, dan hingga akhirnya aksi demonstrasi anak bangsa terjadi dimana-mana dengan harapan pemerintah Indonesia harus mengambil sikap atas tindakan yang dilakukan negara tetangga tersebut (Baca: Malaysia).
Untuk menyelesaikan ketegangan kedua negara yang serumpun ini perlu dengan kehati-hatian. Pasalnya bila pemerintah mengikuti ambisi dan egoisme perang bisa saja terjadi. Apabila perang terjadi tentunya akan ada yang menjadi korban. Seperti yang dikatakan Eleanor Roosevelt bahwa dalam perang bukanlah solusi terbaik, tidak ada yang menang dalam perang terakhir dan tidak ada yang menang dalam perang selanjutnya. Maka dari itu perlu langkah baru dalam penyelesaian ketegangan kedua negara serumpun dan bertetanga ini, dengan mediasi dan negosiasi adalah salah satu cara alternatif yang digunakan pemerintah untuk mengurangi bahkan menyelesaikan ketegangan kedua belah pihak. Karena dengan media tersebut kedua belah pihak akan sama-sama mengetahui sebenarnya apakah yang menjadi sumber dari konflik kedua negara serumpun ini. dan Indonesia juga cukup berpengalaman dalam hal menyelesaiakn konfilk dengan media mediasi, terbukti konflik yang melanda Aceh dapat diselesiakan dengan media tersebut.
.“Bangsa yang besar dan beradab tidak boleh mengulangi kesalahan serupa secara berulang-ulang, kalau hendak menghindar untuk tidak diingat dan dipelajari oleh genarasi mendatang sebagai pendahulu yang kurang beradab”, ( Eka Hendry ). Tentu saja warisan yang buruk tidak akan menjadi suatu kebanggaan, banggalah apabila warisan yang ditinggalkan merupakan suatu yang bermamfaat dan dapat berdampak baik bagi kehidupan. Semoga ketegangan kedua negera serumpun ini dapat diatasi dengan kepala dingin, dan semoga perang yang didengunkan sebagian orang tidaklah menjadi kenyataan karena perang bukanlah cara yang baik dalam penyelesian permasalahan yang sedang dihadapai negara tetangga yang serumpun ini.

“ Jalani Kehidupan di tengah kota metropolitan”

Oleh : Hariyadi Eko. P

hari ini ku tak tahu harus menidurkan kemana badan ini. Kehidupan yang penuh dengan liku-liku telah di jalani selama kurang lebih 2 tahun. Pontianak adalah kota di mana tempat ku melanjutkan pendidikan.. juli adalah bulan-bulan awal bagi ku menginjakan kaki disisi. Mencoba dan berusaha menjadi orang yang mandiri, membuat ku harus belajar mencari tempat-tempat kost gratis. Bukan karena orang tua tak mampu namun kemauan dan merasa malu terhadap mereka membuat ku membaranikan diri.

Sungai raya dalam, komplek Bumi Batara blok b nomor 48 adalah rumah pertama yang menjadi kediaman ku. Pemilik rumah adalah teman orang tua ku. Di rumah yang gratis ini aku harus menajdi orang yang pandai, pandai menghargai apa yang telah orang berikan dan harus pandai bertanggung jawab terhadap amanah. Dari rumah yang sederhana ini ku temukan teman pertama, Mas Bowo, tak terlalu tinggi namun kumis yang hitam pekat mewarnai atas bibirnya memberikan kesan yang begitu sangar. Tegur sapa ku awali, dank u beranikan diri untuk bersilahturahmi di rumahnya. Kumis yang tebal ternyata tak memberikan gambaran sifat seseorang. Ya …..Mas bowo ternyata memilki watak yang dermawa.

Hanya beberapa hari aku berkenalan denganya, ia pun menjadi teman yang begitu baik. Kopi, makanan sudah menjadi kebiasaan bila aku bertamu ddi rumahnya. Rokok adalah hobi kami berdua sehingga suasana perbincangan di kala berkunjung ke rumah beliau menjadi asik. Teman ke dua adalah Bang. Adi tetangga samping rumah itu memiliki bandan yang besar dan tinggi dan tak lupa kumis yang melekat di bibir Mas. Bowo ternyata ada padanya. Namun lagi-lagi prediksi ku salah. Bang. Adi yang begitu sangar wajahnya ternyata memiliki hati yang lembut, ya……..lembut bak mentega.

Selama kurang lebuh satu tahun berada di sana banyak sekali cerita-cerita yang berkesan dan memebrikan pengalaman hidup. Mas. Bowo, orang yang sudah ku anggap sebagai orang tua, saudara, sahabat banyak sekali memberikan petuah-petuah hidup. Setiap kali kami berdiskusi maka begitu juga petuah itu keluar. Satu petuah yang kini ia katakan kepada ku “hidup merantau harus lah menjadi ayam betina dan jangan pernah menjadi ayam jantan”. Ayam betina akan selalu tunduk di mana pun ia berada, selalu mengalah dan menghormati orang lain. Namun si ayam jantan aku selalu membusungkan dadanya di manapun ia berada, sehingga ia menganggap dirinya adalah sang penguasa.

Secangkir kopi dan sebungkus rokok pasti menemani kami, begitu pula denga petuah-petuahnya. Namun kebahagian itu kini telah hilang dan hanya menjadi kenangan. Selesai ujian semester 3 aku pun menghadapi liburan, waktu liburan biasanya ku mamfaatkan untuk pulang kampung. Hari itu tak ada pirasat atau pertanda apaun. Ku berpamitan kepada beliau. Dengan sepeda motor vega dan tas yang berisikan pakaian aku pun berangkat pulan. Seminggu berada di kampung halaman ternyata memberikan kebagian, bertemu orang tua dan saudara. Namun semua itu menjadi sirna ketika handpone ku berbunyi. Seorang teman serumah memberikan kambar yang mengejutkan dan menyayat hati. Teman ku berkata “Innalilah” aku terkejut dan bertanya, Siape yang meninggal Al.? teman ku menjawab kalau Mas Bowo telah pergi jauh untuk selamanya. Namun kabar itu tak lantas membuat ku percaya. Ku hubungi Bang. Adi tetangga sebelah akan kebenaran kabar yang ku dapat. Ternyata benar teman baik yang telah ku anggap sebagai orang tua, sauadara dan sahabat telah tiada.

Hati telah tersayat. Seorang teman yang selalu menyuguhkan kopi, makanan dan sebungkus rokok itu telah pergi. Pakaian ku kemas, dengan modal seratus ribu dan motor Vega aku pun melaju dengan cepat. 3 jam perjalanan dari ngabang menuju pontianak adalah waktu yang sangat cepat. Di gerbang kompleks tertanam sebatang kayu yang terdapat kain kuning. Dari kejauhan ku lihat begitu ramai warga-warga yang berkerumunan, yang memberikan pertanda di rumah sana sedang berduka. Semakin dekat dan semakin dekat tubuh ku. Ku lihat pandangan mata warga yang begitu merah. Bang. Adi orang pertama yang ku temui dan ia pun langsung mengajak ku melihat jasad sang teman untuk terakhir kalinya.

Sosok yang begitu tegap, kumis yang tumbuh di atas bibir kini telah kaku tak berdaya. Mata yang selalu memandang kini telah terpejam. Dan orang yang selalu memberikan petuah kini telah hilang. Tak mampu mata ini melihat kenyataan, aku pun keluar. Ku temui seorang ibu yang juga baik kepada ku. Kekesalan ternyata menyelimuti nya. Dan ia berkata sebelum Mas. Bowo meninggal ia selalu mencari ku. Ya mencari ku untuk membantunya mengangkat pasir. Kawan rumah yang baru saja ia renovasi untuk menyambut bulan suci ramdhan kini ia tinggalkan. Seorang istri yang begitu setia kini harus menjanda. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang ku dapatkan beliau dan kini akan menjadi pelajaran yang begitu berharga bagi ku.

Kini aku harus hidup dengan nuansa baru, tak ada teman sekopi dan sebungkus rokok bahkan tak ada petuah-petuah yang ku dapatkan dan semua itu membuat ku menjadi gelisah untuk tinggal di rumah. Setelah beberapa hari aku pun kembali pulang ke kampung halaman untuk menyambut bulan Rahmdahan. Hari demi hari ku jalani hingga masa lebaran pun tiba dan tak lama lagi aku akan kembali. Kembali di rumah membuat aku terkenang masa-masa bersama beliau. Untuk melupakan itu ku cari kesibukan-kesibukan. Selain mencari kesibukan tentu saja kesibukan itu akan menambah uang jajan. Lofer Koran yang di tawarkan seorang teman menjadi pekerjaan pertama ku selama berada di pontianak. Lampu merah simpang POLDA KALBAR adalah tempat mangkal atau lokasi ku berjualan. Tribun pontianak Koran yang ku jual, hanya dengan harga seribu rupiah memberikan penghasilan yang cukup lumayan.

Hamir 8 bulan sudah kujalani profesi itu. Berpanas-panasan, kehujanan, belum lagi konsumen yang melihat pekerjaan ini bak pencuru memberikan kesan yang begitu indah. Hari itu tak ada sepeser pun uang yang hinggap di saku. Mau tidak mau aku harus mengambil korang tak seperti biasa. 145 exampler Koran yang harus ku jual dan dengan keyakinan aku pun mulai beraksi. Namun cuaca ternyata tak bersahabat, pagi pukul enam awan telah memberikan pertanda akan turun hujan. Benar saja desiran air dari atas telah jatuh membasahi bumi. Namun semua itu tak membuat ku gentar. Plastic besar menjadi pelindung korang, helm standar menjadi pahlawan sang pengelana yang di landa kekeringan uang.

Mulai pukul enam hingga setengah tingga sore aku harus berjualan korang yang di temani sang hujan. Hujan yang tak kunjung berhenti ternyata memberikan banyak rejeki. 145 korang kurang lebih berharian berjualan habis terjual Rp.50.000 kurang lebih yang ku dapatkan. Dengan uang sebanyak itu cukup untuk membeli makanan dan cemilan. Begitu banyak pelajaran yang ku dapatkan menjadi lofer korang yang berawal dari mencari kesibukan hanya untuk melupakan kenangan bersama seorang sahabat. Sahabat aku kini hanya bias berkata, semoga engkau tenang di alam sana. Pindah rumah menjadi pilihan ku, rumah yang begitu “sumpek” menjadikan diri ku gelisah. Kota baru Gg karya 3 rumah kontrakan yang di huni keluarga deri menjadi tempat kedua untuk ku beristirahat. Keluarga yang begitu baik itu menerima ku untuk tinggal bersamanya. Selama tinggal di sana aku masih menjadi loper Koran, namun aku telah membuka usaha kecil-kecilan. Warung kopi yang berisikan makanan ala “barat” menjadi menu handalan kami. Berawal dari diskusi kecil di kampus ide itu muncul. Ilyas, Maniri, Indra dan aku adalah orang-orang yang memiliki seidikit persamaan prinsip.

Tak selamanya kita haru berpatokan kepada orang tua dan tak selamanya kita harus menyusahkan mereka, membuat kami termotivasi untuk membuka usaha. Singkat cerita di jalan Vetran kami menyewa tempat untuk membuka usaha itu. Dengan harga sewa 2o ribu perhari kami pun memberanikan diri. Hari pertama membuka usaha ada cerita yang lucu bagi ku. Ya……..lina seorang wanita yang pernah mengisi kehidupan ku harus menjadi sasaran empuk kebohongan. Slamatan membuka usaha baru itu bahasa yang ku gunakan, sehingga Ia mau menemani hari-hari pertama menjadi sang pengusaha kakap. Warung yang sederhana itu cukup membantu kami ber empat, walaupun penghasilan yang serba kecukupun tapi semangat kawan-kawan tak pernah luntur, walaupun badai cobaan selalu mengahadang. Makan sebungkus nasi untuk empat orang selalu menghiasi malam setelah tutup. Keemapt tangan bak cakar ayam menjadi alat untuk melahap. Tak perduli tangan apa dan bekas apa karena hasrat lapar semua itu menjadi nikmat, hahaha….nikmat dan nikmat tanpa ada yang merasa geli.

Loper Koran dan membuka usaha ternyata tak membuat ku lega dengan kemandirian. Menjadi salaes air kotak, menggunakan sepeda motor di hiasi keranjang yang terbuat dari rotang dan berisiskan beberapa air mineral aku pun mengelilingi kota pontianak. Rasa malu, tak pernah ku hiraukan. Yang terpikir aku harus menjadi orang yang mandiri. Usai kuliah adalah waktu aku memulai pekerjaan, di saat sebagian orang menikmati tidur siang aku menjadi sang pengelana. Hari demi hari ku jalani beberapa aktivitas sehingga membuat tubuh ku jatuh. Batuk darah dan demam adalah tersangka yang membuat ku meninggalkan pekerjaan sales . Hanya beberapa bulan bekerja aku pun harus mengakui bahwa aku tak mampu lagi dengan kesibukan-kesibukan yang begitu berat, sehingga satu persatu pekerjaan ku tinggalkan. Lover Koran, sales kini hanya menjadi kenangan. Kini yang ku harapkan usaha yang di rintis bersama ke tiga sahabat akan tetap exsis dan akan memberikan penghasilan.Kawan selama 2 tahun aku tinggal berpindah-pindah. Dari rumah ke rumah, kost teman dan kampus menjadi tempat peristirahatan ku. Bukan karena tak mampu namun sifat ku yang tak biasa tetap membuat aku harus seperti ini. Menjadi sang pengelana yang selalu mencari pelajaran hidup di tengah hangar binger kehidupan kota.

“ Sahabat adalah orang yang selalu menerima kekuarang dan selalu mendukung apa yang kita cita-citakan, seorang sahabat tak akan pernah rela melihat kesengsaraan sahabat yang lain”

Sahabat

Oleh : Hariyadi Eko. P
Sahabat engkau adalah orang yang begitu dekat. Di kala suka dan duka engkau selalu ada. Sahabat engkau adalah titisan tuhan yang mencoba memberikan nasihat di kala aku berbuat dusta. Engkau selalu memberikan motivasi ketika aku melakukan suatu kebaikan. Sahabat tak akan pernah rela ketika melihat sahabatnya harus tersiksa dengan penderitaan dan berlumur dengan kesalahan.
Ketika aku hidup di dalam penderitaan engkau mmebrikan kesejukan, ketika aku melakukan kesalahan engkau lah orang yang pertama menegur. Teringat ketika kita masih berkumpul bersama di sekolah, tertawa, bercanda, bahkan berkelahi engkau selalu ada di sampingku. Engkau memberikan warna-warna kehidupan yang begitu berarti. Selama kurang lebih 3 tahun perjalanan kita di bangku Madrasah Aliyah banyak sekali pengalaman yang kita dapatkan.
Dari romantikan perasaan, belajar bersama, bahkan membangkan demi sebuah perjuangan telah kita lewati. Aku teringat sahabat ketika kau harus di paksa untuk mengatakan cinta kepadanya, tubuh ini menggigil bagaikan orang yang sedang sakit. Namun berkat semangat yang di berikan mu Aku mampu mengalahkan rasa takut. Ketakutan lah yang membunuh keberanian ku.
Sahabat ingatkah ketika kita berada di dalam kelas. Ya…….di kelas 2 & 3 Ipa itu banyak sekali kisah-kisah kita yang masih dapat kita kenang, Randi dengan gaya yang gaul, Amir dengan sifat yang begitu dewasa, Iwan yang mukanya selalu merah saat di ejek, dan Rio yang wajah nya paling tampan di antara kita, memberikan ciri khas kita berlima, sedangkan aku yang memiliki tubuh gendut dan sahabat yang tak bias u ungkapkan satu persatu.
sahabat ingatkah engkau ketika kita sama-sama berjuang, melakuka aksi damai demi memperjuangkan hak-hak kawan yang tertindas, kita harus mersakan pahitnya wahaj sang guru, kita harus mersakan nilai yang begitu jelek di kelas hanya karena perjuangan. Namun dari semua perjalanan itu aku yakin akan memberikan kita pelajaran dan pengalamana yang begitu berharga sehingga engkau semua tidak akan pernah melupakan.
Sahabat taukah engkau apa yang ada di dalam hati dan pikiran ku ini. Andai saja waktu dapat ku putar kembali, kau ingin cerita kita dapat terulang. Aku sunggu merindukan engkau, canda tawa, perkelahian, dan apapun yang pernah kita lakukan di sekolah dulu menajdi kerinduan hati bagiku. Namun aku sadar itu hanya khayalan namun aku selalu berharap entak kapan dan mungkin suatu saat kita semua dapar berkumpul kembali. Melihat wajah-wajah yang sedikit demi sedikit mulai berubah.
Aku yakin engkau akan merindukan moment-moment yang pernah kita lakoni di sekolah dulu. Ya………..untuk mu para sahabat yang tak ku persebutkan satu persatu aku hanya ingin menyampaikan…..teruskan perjuangan hidup mu..perjalanan kita masih panjang, keberhasilan dan kesuksesan kita tinggal di depan mata. Di dalam organisasi ku sering di katakana Yakin Usaha Sampai……..apaun yang kita lakukan selama itu positif pasti akan membuahkan hasil yang baik. Di bulan nan suci ini ijninkan sahabatmu ini memohon maaf, semoga di bulan nan suci ini kita mampu menjadi hamba Allah yang bertaqwa……………” Sahabat adalah kunci untuk mencapai keberhasilan”. Sahabat akan membawaku keliling dunia………..